Badaruddin, Muhammad (2020) Signifikansi Energi dalam Dinamika Geopolitik di Timur Tengah. Universitas Bakrie. (Unpublished)
Preview |
Text (pdf)
015-2020 Muhammad Badaruddin BKD_Laporan Penelitian Repository.pdf - Draft Version Download (1MB) | Preview |
Abstract
Berakhirnya Perang Dingin membuka babak baru dalam hubungan antar negara. Hubungan antar negara sendiri sebetulnya adalah representasi dari adanya pertemuan antar kepentingan-kepentingan negara tersebut. Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan, tentu memiliki kepentingan yang sangat dominan dalam konteks global. Perang, baik yang dikatakan sebagai perang dingin atau pun perang militer dinilai tidak akan pernah menciptakan hubungan antar negra yang sehat dan dapat mewadahi kepentingan-kepentingan bersama. Kepentingan negara tidak akan pernah lepas dari kebutuhan akan energi dan Sumber Daya Alam (SDA). Bahkan negara-negara great powers seperti Amerika Serikat cenderung meletakan kepentingan kebijakan energi diatas segalanya, termasuk bagaimana menjaga keamanan pasokan sumber daya menjadi agenda terpenting. Bagi Presiden G. H. W. Bush, keberhasilan mengakhiri Perang Dingin dengan hasil Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan paling dominan di dunia, menjadikan agenda baru antar negara. Diplomasi berdasarkan azas-azas perdamaian menjadi moto utama tren diplomasi negara-negara. Tetapi justru yang terjadi sangatlah kontras1. Berbagai isu ‘perang’ bersenjata baru kemudian mencuat ke permukaan seperti pemberontakan, kelompok ekstrimis, terorisme, dan sengketa perbatasan. Yang menjadi perhatian adalah, isu-isu dan konflik tersebut terjadi di mayoritas belahan bumi Timur Tengah, khususnya Iraq. Pada tahun-tahun tersebut tepatnya antara 1990-2000, Iraq dipimpin oleh pimpinan sentral otoriter Saddam Hussein. Ketika Amerika Serikat disibukkan dengan agenda Perang Dingin yang tentu membutuhkan berbagai jenis sumber daya untuk pembangunan, pada saat yang bersamaan, Iraq justru tengah disibukkan dengan konflik perbatasan dengan Kuwait. Invasi Iraq terhadap Kuwait kemudian menjadi perhatian negara-negara secara global. Karena Iraq dan Kuwait secara geografis berada dikawasan Timur Tengah yang baik secara geologis internal maupun eksternal, Iraq dan Kuwait memiliki cadangan minyak yang besar. Maka kestabilan dan perdamaian dunia atas diplomasi sehat yang dicanangkan Amerika Serikat pasca Perang Dingin justru tercoreng akibat sikap Iraq terhadap Kuwait. Kekhawatiran Amerika Serikat diperparah dengan kondisi Iraq dan Kuwait merupakan kawasan yang kaya akan cadangan minyak. Tulisan ini membahas tentang segitiga agenda antara Iraq terhadap Kuwait, kemudian Amerika Serikat terhadap keamanan akses cadangan Timur Tengah merupakan wujud dari resource wars, yaitu bagaimana agenda negara adalah berdasarkan hasrat menguasai, tidak hanya cadangan, tetapi juga kawasan atau geopolitik dan geostrategis serta keamanan akses terhadap cadangan
Item Type: | Other |
---|---|
Subjects: | Political Science > International Studies Science Paper > Research Report |
Divisions: | Lembaga Penelitian dan Pengembangan |
Depositing User: | Users 2 not found. |
Date Deposited: | 31 Aug 2020 04:49 |
Last Modified: | 31 Aug 2020 04:49 |
URI: | https://repository.bakrie.ac.id/id/eprint/3873 |
Actions (login required)
View Item |